Tonari no seki no Yankee Shimizu-san ga Kami wo Kuroku Somete Kita Volume 1 Chapter 4
§ 4. Cerita Cinta Shimizu Bersaudari
“Aku sudah mendengarnya, Kei!”
Pada malam saat aku menyerahkan bekal, Ai tiba-tiba masuk ke kamarku saat aku merenungkan kata-kata Hondou.
“Siapa yang bilang apa? Lagipula, aku selalu bilang padamu untuk tidak masuk ke kamarku tanpa izin.”
“Itu tidak penting. Karena Kei dan aku memiliki hubungan khusus.”
“Apa kau tidak tahu pepatah ‘Ada sopan santun bahkan di antara teman dekat’?”[1]
[1] Pepatah jepang (親しき仲にも礼儀あ) yang mengatakan “Meskipun dekat, tetaplah memiliki etika.” Maksudnya kau harus tetap menjaga adab dan etika dalam berkomunikasi, tak peduli seberapa dekat kau dengan orang itu.
“Hah, Kei, kau menganggapku sebagai teman dekat! Aku sangat senang! “
“Diam. Jadi, apa yang kau dengar?”
Karena aku tidak bisa melihat cara lain bagi Ai untuk tenang jika kami terus berdebat seperti ini, aku memutuskan untuk mendengarkan apa yang dia katakan untuk saat ini.
“Ah, benar! Kei, kudengar kau sudah menyerahkan bekal itu!!”
“...Dari siapa kau mendengarnya?”
Teman sekelasku pasti satu-satunya yang tahu tentang hal itu.
“Itu rahasia. Tapi kolaboratorku juga ada di kelas Kei. Itu saja. “
Ai menjawab dengan ekspresi bangga, membusungkan dadanya yang terlalu besar. Aku sudah lama mengetahui bahwa Ai memiliki lingkaran pertemanan yang luas, tetapi aku tak tahu bahwa dia juga mengenal seseorang di kelasku.
“Yah, itu tidak penting sekarang. Yang kupedulikan adalah Kei telah menemukan seseorang yang dia minati!”
“Apa yang kau bicarakan?”
“Jangan pura-pura bodoh. Ceritanya sudah terungkap, kau tahu.”
Ai menyeringai padaku dengan tangan terlipat. Jika aku tak bisa menahan diri, aku pasti sudah menghajarnya.
“Apa masalahnya? Menyerahkan bekal itu hanya sebagai tanda terima kasih.”
“Hmm. Aku tak tahu kau akan mengatakannya seperti itu.”
Ai terus melipat tangannya dan mengayunkan tubuh bagian atasnya dari sisi ke sisi.
“Apa kau bilang aku berbohong?”
“Tidak, aku tidak akan berpikir sejauh itu. Aku hanya ingin tahu, rasa terima kasih seperti apa itu?”
“Apa maksudmu, itu untuk kelas memasak...”
“Benar! Itu dia!”
Ai membuka lengannya dan menunjuk lurus ke arahku.
“Kei Shimizu-san, aku mendengar tentangmu. Kudengar kau menghadiri kelas memasak terakhir tanpa melewatkannya.”
“B-Begitu kenapa? Bukannya menghadiri kelas itu tidak diperbolehkan.”
Itu diperbolehkan, atau lebih tepatnya, adalah hal yang wajar untuk menghadiri kelas.
“Tentu saja. Tapi kenapa kau tiba-tiba menghadiri kelas memasak? Aku sangat penasaran. Jadi aku bertanya lebih detail tentang hal itu dan menemukan sesuatu yang mengejutkan.”
“A-Apa yang kau temukan?”
Aku sangat kesal dan hal itu tercermin dalam suaraku.
“Kei-san[2], kudengar kau memasak dengan seorang cowok!”
[2] Akhiran ‘-san’ bukanlah sebuah kesalahan, dia kadang-kadang menggunakannya.
“Itu karena kami ditugaskan bersama...”
“Bukan hanya itu saja. Seorang saksi mata mengatakan bahwa cowok itu memegang tanganmu dan membimbingmu saat kau menggunakan pisau!”
“Ugh...”
Apakah ada seseorang yang mengawasi kami pada waktu itu? Sejujurnya, aku begitu asyik mengerjakan tugas, sampai-sampai aku tak punya waktu untuk mempedulikan apa yang dilihat orang lain.
“Kau, yang biasanya tidak mudah membiarkan orang lain masuk ke dalam hatimu, mengizinkan dia melakukan itu... Dia pasti orang yang spesial bagimu, kan? Apa aku salah?”
“Itu...”
Sangat mudah untuk mengatakan tidak, tetapi kakakku tidak akan puas dengan jawaban itu.
“Selain itu, orang yang kau berikan bekal buatan sendiri itu sepertinya adalah dia juga, dan mungkin dia juga alasan mengapa kau tiba-tiba mengecat rambutmu dengan warna hitam?”
“Ihhh...”
Kenapa kakakku, yang biasanya mengeluh tentang betapa sulitnya belajar, begitu tajam pada saat-saat seperti ini?
“Kuanggap tidak menyangkal adalah sebuah penegasan?”
“...Benar.”
“Hah? Bisakah kau mengatakannya lagi?”
“Itu benar! Kau punya masalah dengan itu?!”
Menyadari bahwa tidak ada jalan keluar, aku menyerah untuk mencari-cari alasan dan memutuskan untuk mengakuinya.
“Kau akhirnya mengakuinya. Aku sangat tersentuh karena Kei telah menemukan seseorang yang disukainya. Aku mau menangis.”
“Kau berbohong.”
“Hehehe.”
“Jangan menutupinya dengan tertawa.”
Kakakku memiliki kebiasaan buruk, yaitu tertawa sambil mencoba mencari cara untuk memperbaiki situasi ketika dia dalam masalah.
“Maaf, maaf. Jadi seperti apa dia?”
“Kau juga harus tahu sedikit tentang dia, kan?”
Jika ada kolaboratornya di kelas kami, Ai pasti tahu sedikit tentang Hondou.
“Informasi dari orang lain dan orang itu sendiri bisa sangat berbeda. Aku ingin mendengar langsung darimu.”
“Aku tidak akan menjawab pertanyaan itu.”
“Eh~ kenapa tidak? Meskipun aku adalah kakakmu? Aku juga punya banyak pengalaman hidup, kau tahu? Aku bisa membantumu dalam kehidupan cintamu, oke?”
“Kau hanya satu tahun lebih tua dariku dalam hal pengalaman hidup. Dan untuk pengalaman romantis, kau juga tidak punya.”
Ai populer di kalangan pria dan wanita karena kepribadiannya yang ceria dan, meskipun aku enggan mengakuinya, keelokannya. Namun, Ai telah menolak setiap pengakuan yang dia terima sejauh ini dan tidak pernah menjalin hubungan dengan siapa pun.
“Itu karena... Bagaimana aku bisa mengatakannya... Aku tak merasakan adanya takdir.”
Tiba-tiba, nada bicara Ai menjadi lemah. Alasannya sudah jelas.
“Itu karena kau mencintai Yosuke, kan?”
“A-Apa yang kau bicarakan, Kei?! Berbicara omong kosong tiba tiba, kau benar-benar adik yang merepotkan!”
Suara Ai terdengar jelas tidak tenang.
Yosuke adalah teman masa kecil Ai dan orang yang dia sukai.
Dari masa kanak-kanak sampai sekarang, aku telah melihat perubahan bertahap dalam ekspresi Ai saat bersama Yosuke, dan aku bertanya-tanya, apakah begitulah cara orang jatuh cinta.
“Ini bukan tentang Yosuke dan aku sekarang! Ceritakan lebih banyak tentang kekasih Kei!”
“Jangan panggil dia kekasihku, dan aku tidak akan mengatakan apa-apa lagi.”
“Fufufu, apakah tidak apa-apa kau mengatakan hal seperti itu?”
“Apaan itu?”
Ini adalah wajah yang dia tunjukkan saat dia memegang kelemahanku. Namun, aku tak tahu apa kelemahan itu.
“Jangan bilang kau lupa kalau aku sudah menghabiskan waktu seminggu penuh untuk membantumu membuat bekal di pagi hari dan makan makanan yang gagal bersamamu, kan?”
“Ah.”
Itu benar. Selama seminggu terakhir hingga hari ini, Ai telah membantuku membuat bekal setiap pagi dengan penuh pengabdian. Bahkan setelah memasak selesai, dia mendukungku dengan memakan bekal yang gagal kubuat untuk sarapan. Akibatnya, mata Ai semakin hari semakin kehilangan vitalitasnya.
“Wajah itu, kau benar-benar melupakannya, kan? Tetapi meskipun Kei melupakannya, aku tidak akan pernah melupakannya selamanya, oke?”
“Lalu, apa yang kau ingin untuk kukatakan?”
“Pikirkanlah. Selama seminggu, aku membantu Kei untuk mengonsumsi beberapa materi gelap yang meragukan yang hampir tidak bisa disebut sebagai makanan. Apakah aku tak bersikap sangat berbudi luhur? Tidakkah menurutmu aku boleh mendapatkan sesuatu yang baik dengan ini?”
Ini adalah hal yang buruk untuk dikatakan pada kakakku, tetapi ada beberapa ruang untuk mempertimbangkan apakah lauk pauk yang telah kubuat untuk bekal tidak layak untuk dimakan.
“Tapi dia senang memakannya...”
“Apa yang kau katakan...?”
Ai membuat ekspresi seolah-olah dia tidak bisa mempercayainya.
“Dia mau memakannya? Bukankah ini semacam halusinasi yang dialami Kei karena dia tidak bisa menerima kenyataan? Atau mungkinkah anak itu bukan manusia?”
“Aku mungkin akan marah sungguhan.”
Kakak macam apa dia yang memperlakukannya seolah-olah dia adalah makhluk bukan manusia hanya karena dia senang makan bekal yang kubuat?
“Kei-san, apa kau tak meremehkan kekuatan destruktif dari itu? Itu adalah hal yang melenyapkan senyum dariku, seorang gadis yang dikenal karena senyumnya, kau tahu?”
“Ugh...”
Meskipun dia mungkin sedikit melebih-lebihkan, apa yang dikatakan Ai adalah benar. Dalam hal ini, Hondou, yang dengan mudahnya menghabiskan bekal-ku tanpa kesulitan, mungkin seseorang yang luar biasa.
“Pokoknya, karena aku makan hidangan yang gagal itu dengan susah payah, aku menuntut pengungkapan informasi tentang cinta pertama Kei sebagai hadiah!”
Tentu saja, sampai hari ini, Ai membantuku setiap pagi dalam membuat bekal dan menangani hidangan yang gagal. Aku tahu aku harus berterima kasih padanya untuk itu. Pertanyaannya adalah apakah aku harus memberinya informasi tentang Hondou sebagai ucapan terima kasih atau tidak...
“...Oke. Tapi jangan beritahu orang lain.”
“Ya! Serahkan saja padaku. Kau tahu, aku disebut sebagai wanita dengan mulut yang lebih keras dari berlian!”
“Siapa yang bilang begitu?”
Aku tidak bisa mempercayainya, tapi sekarang Ai tahu aku tertarik pada seseorang, dia mungkin akan datang ke kamarku setiap hari sampai aku memberitahunya. Itu sangat mengganggu.
Jika akan seperti itu, sepertinya akan mengarah pada kehidupan yang damai di masa depan untuk menyelesaikan hutang sekarang dan membicarakannya.
“Sekarang, aku ingin mengajukan beberapa pertanyaan pada Kei Shimizu-san. Pertama dan terutama, bisakah kau memberi tahuku nama orang yang kau berikan bekal?”
“ ...Hondou.”
“Wajah malu Kei ada di sini! Hah, bukankah adikku terlalu imut? Siapa nama depannya?”
Dia enam puluh persen lebih riuh dari biasanya. Aku tidak ingin memberitahunya karena aku tahu hasilnya akan seperti ini.
“...Daiki.”
“Oh, begitu, Daiki Hondou. Nama itu cocok dengan yang kudengar sebelumnya. Sekarang, ke pertanyaan berikutnya. Tolong ceritakan pertemuan pertamamu dengan Daiki Hondou.”
“Saat kelas tiga SMP.”
“Eh, kau pergi ke SMP yang sama! Dan bagaimana kalian berdua bertemu? Ceritakan secara detail.”
Aku akan menjawab pertanyaan-pertanyaan itu secara singkat, tetapi sepertinya Ai tidak akan puas kecuali aku memberikan penjelasan yang rinci. Aku merasa sedikit tidak nyaman bahkan sebelum memulai penjelasan.
“Seperti yang kukatakan sebelumnya, aku pertama kali bertemu Hondou di tahun ketiga SMP, dan itu di belakang gedung sekolah.”
“Jangan bilang bagian belakang gedung sekolah adalah tempat yang terkenal untuk pengakuan?!”
“Ya, aku bertemu dengannya sepulang sekolah ketika aku sedang menyatakan cinta.”
“Oh, begitu! Apakah itu dimulai dengan pengakuan dari awal? Tapi bukankah Kei tidak suka tiba-tiba diakui oleh orang asing...?”
Itu poin yang bagus. Setelah melihat Ai dan Yosuke jatuh cinta sedikit demi sedikit dari waktu ke waktu, aku tidak bisa memahami pikiran mereka yang mengakui perasaan mereka tanpa mencoba mengetahui apa yang ada di dalam diri orang lain.
“Bukan Hondou yang menyatakan cinta padaku.”
“Eh, apa maksudmu?”
“Aku mendapatkan pernyataan cinta dari orang lain, dan kemudian dia muncul.”
“Ya?! Apa yang terjadi? Kenapa Daiki-kun muncul seperti itu?”
Wajar jika Ai bingung. Ini merepotkan, tapi aku harus menjelaskannya dengan hati-hati.
“Pertama-tama, aku diundang ke belakang gedung sekolah sepulang sekolah oleh orang asing, dan dia mengaku padaku. Apakah kau mengerti ceritanya sejauh ini?”
“Ya, aku tahu Kei juga cukup populer di SMP.”
“Aku tidak ingin mendengarnya dari seseorang yang lebih populer dariku, tapi ya. Hari itu, dia mengatakan padaku bahwa itu adalah cinta pada pandangan pertama atau semacamnya, dan aku menolaknya seperti yang biasa kulakukan.”
“Yah, itu terdengar seperti Kei.”
“Sejauh ini bagus, tapi inilah masalahnya. Dia tidak menyukai kenyataan bahwa aku menolak pengakuannya, dan dia mulai kehilangan kesabaran, mengatakan bahwa dia tidak menyukai caraku menolaknya.”
“Apakah itu tidak apa-apa?”
Ekspresi Ai tiba-tiba berubah menjadi serius. Meskipun ini adalah cerita dari masa SMP, ia terlihat gugup, seolah-olah kejadian itu baru saja terjadi. Ai cenderung sedikit lebih khawatir jika itu menyangkutku.
“Jika aku tidak baik-baik saja, aku akan segera memberitahumu.”
“Ah, kau benar. Aku senang semuanya baik-baik saja.”
Ekspresi Ai terlihat melunak.
“Tapi tetap saja, bagaimana kau bisa keluar dari jepitan itu?”
“Aku akan memberitahumu sekarang. Ketika pria yang mengaku padaku kehilangan kesabaran dan mendekatiku, Hondou adalah orang yang berteriak “Tunggu!” dan menghentikannya.”
“Oh! Jadi, di sinilah ceritanya berhubungan dengan apa yang baru saja kau katakan sebelumnya.”
Tampaknya ini merupakan perkembangan yang menarik dengan foreshadowing, tetapi ini hanyalah penjelasan kronologis bolak-balik yang sederhana.
“Itu benar. Hondou menengahi antara aku dengan pria yang kehilangan kesabaran dan dengan santai mulai memperkenalkan dirinya.”
“Tunggu, pada saat itu? Daiki-kun, apa dia sedikit keras kepala?”
“Dia cukup santai, kurasa. Kemudian, setelah dia selesai memperkenalkan dirinya, pria yang menyatakan perasaannya padaku membuat ekspresi bingung dan bertanya padaku hubungan macam apa yang kumiliki dengan dia.”
“Bahkan bukan kenalan, tapi itu adalah pertemuan pertamamu.”
Aku tidak pernah melihat Hondou terlihat begitu gelisah sebelum atau sesudahnya.
“Ketika aku mengatakan padanya bahwa aku bertemu Hondou untuk pertama kalinya hari ini, dia marah lagi, bertanya mengapa dia mencampuri urusannya.”
“Pria itu mungkin ada benarnya jika dia tidak kehilangan kesabaran dengan Kei.”
“Hondou kemudian meminta maaf sambil tersenyum kecut. Tapi kemudian dia tiba-tiba berubah menjadi serius dan berkata kepada pria itu bahwa dia akan pergi jika pengakuannya berjalan lancar tanpa masalah, tapi dia melihat bahwa dia akan menyentuhku, itulah mengapa dia turun tangan dan mengkonfrontasinya.”
“Kurasa Daiki-kun adalah seorang pria yang bisa dengan tegas mengatakan apa yang ada di pikirannya.”
Aku juga terkejut pada waktu itu. Aku mengira bahwa dia adalah tipe orang yang tidak bisa mengungkapkan pendapatnya pada orang lain, karena dia selalu menunjukkan ekspresi tanpa beban di wajahnya.
“Hondou ternyata orang yang seperti itu. Bagaimanapun, pria itu mengatakan pada Hondou bahwa caraku menolaknya itu buruk, tapi kemudian dia kehilangan kata-kata ketika Hondou menegurnya bahwa itu salah untuk menyentuhku.”
“Mm-hmm. Oke kalau begitu?”
“Pada akhirnya, anak itu terlihat sedikit tenang setelah berbicara dengan Hondou, dan dia datang untuk meminta maaf padaku.”
“Jadi, cowok itu bisa merenungkan situasinya. Apa yang dilakukan Kei tentang hal itu?”
“Aku meminta maaf, karena berpikir bahwa aku juga mungkin telah sedikit kelewatan.”
“Dari apa yang kau katakan, kupikir anak itu yang salah. Tapi bagus sekali kau masih bisa meminta maaf. Aku akan memberikan tepukan untukmu!”
“Hentikan! Jangan pernah berpikir untuk menepukku!”
Aku menghindari tangan Ai. Ai masih memperlakukanku seperti anak kecil meskipun aku sudah SMA...
Kapan aku akan diperlakukan sebagai orang dewasa oleh Ai?
“Oh, aku bahkan belum membelaimu! Baiklah, lupakan saja untuk saat ini. Apakah itu akhir dari cerita ini?”
“Hampir. Kemudian dia melihat kami kembali ke gedung sekolah dan kemudian dia pergi.”
“Oh, begitu. Apa kau bertemu Daiki-kun setelah itu di SMP?”
“Aku melihatnya sesekali di lorong, tetapi kami hanya berbicara sekali.”
“Oh, begitu. Apa yang kalian bicarakan?”
“Bahwa itu bukan kebetulan bahwa dia ada di sana hari itu.”
“Hah?”
Sepertinya apa yang kubicarakan dengan Hondou tidak seperti yang Ai harapkan karena Ai memiliki ekspresi terkejut.
“Apa maksudmu? Tolong jelaskan.”
“Pengakuan itu tidak direncanakan atau apa pun. Juga, jika kami pergi ke belakang gedung sekolah bersama-sama, mengetahui bahwa kami berdua bersekolah di sekolah yang sama, itu bukan tempat yang tanpa alasan.”
“Sekarang setelah kau menyebutkannya, itu masuk akal. Itu akan menjadi tempat yang baik untuk mengaku karena tidak banyak orang yang pergi ke sana.”
Aku juga tidak menyadari adanya kejanggalan ketika pertama kali bertemu dengan Hondou. Hanya setelah mengingat kejadian itu beberapa kali, aku akhirnya bertanya-tanya tentang hal itu.
“Jadi, aku bertanya pada Hondou tentang hal itu sesudahnya. Dan dia memiliki wajah yang bermasalah, seperti anak kecil yang tertangkap basah sedang melakukan lelucon.”
“Lalu?”
“Hondou mengatakan bahwa pada awalnya, dia berada di dalam gedung sekolah, melihatku dan pria itu berjalan ke belakang gedung melalui jendela. Dia mengatakan bahwa pria itu dikenal sedikit pemarah, jadi dia khawatir aku bersamanya dan mengikuti kami ke belakang gedung sekolah.”
“Daiki-kun memang seorang yang suka mengkhawatirkan.”
Kupikir sikap Ai terhadapku sama terlalu protektifnya dengan Hondou saat itu.
“Aku juga memikirkan hal yang sama. Jadi, aku bilang pada Hondou, “Meskipun kita bukan teman atau bahkan kenalan, kenapa kau berusaha keras untukku?”.”
“Apa yang dikatakan Daiki-kun?”
“Dia bilang dia tidak ingin menyesal. Dan dia bilang dia hanya bertindak seperti itu karena dia akan membenci dirinya sendiri jika dia mengabaikannya dan aku terluka atau sesuatu terjadi padaku.”
Hondou tampak sedikit kesepian saat itu.
“Aku mengerti, itu semua demi dirinya sendiri. Dan bagaimana tanggapan Kei? “
“Aku berkata... kau melakukan ini sepanjang waktu? Jika kau tidak berhati-hati, kau akan berada dalam bahaya juga...”
“Kei? Bukankah itu bagian di mana kau mengatakan “T-Terima kasih telah menyelamatkanku.” dan tersipu malu? “
“Siapa yang akan tersipu malu?! Kupikir aku harus berterima kasih padanya, tapi kata-kata itu tidak bisa keluar...”
Aku benci diriku sendiri. Mengapa aku tak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk berterima kasih padanya saat itu?
“Kei memang sedikit canggung. Tapi itu juga yang membuatmu begitu menawan. Jadi, kurasa itulah akhir dari cerita SMP, kan?”
“Ya, aku tidak berbicara dengannya selama sisa masa SMP.”
“Oh, begitu. Yah, aku mengerti intinya. Seorang cowok muncul di saat yang kritis, lalu Kei jatuh cinta setelah diselamatkan. Bagus sekali, kurasa kau memiliki kehidupan cinta yang baik!”
“Berisik. Dan aku tidak jatuh cinta padanya saat itu.”
“Ah, benarkah?”
“Ya, aku hanya berpikir dia adalah orang yang baik hati dan aneh.”
“Oh, begitu. Lalu sejak kapan Kei naksir Daiki?”
Mata Ai berbinar-binar, benar-benar berubah dari pagi tadi. Kurasa dia sangat penasaran dengan kehidupan cinta adiknya.
“Kita sudah cukup bicara, jadi mari kita akhiri saja.”
“Itu tidak adil! Kita baru saja memasuki bagian yang menyenangkan, kau tidak boleh melakukan itu!”
Ai memegang kedua pundakku dan mengguncang-guncangku bolak-balik. Sedikit kesal, aku menepis tangannya.
“Ini menjengkelkan. Aku sudah membayar bekal dengan apa yang kita bicarakan sebelumnya.”
“Yah, itu mungkin benar, tapi... benar! Jika kau mengatakan padaku mengapa kau jatuh cinta, aku akan mendukung kehidupan cinta Kei di belakangmu!”
“Aku tidak mau.”
“Itu adalah jawaban langsung!?”
“Aku tidak bisa mempercayai seseorang yang bahkan tidak bisa menangani kehidupan cintanya sendiri.”
“Gah!”
Ai dan orang yang ditaksirnya, Yosuke, saling menyukai satu sama lain, tetapi mereka tidak secara resmi menjadi pasangan. Itu hanya karena tidak satu pun dari mereka yang menyatakan perasaannya. Yosuke menghindar untuk menyatakan cinta pada Ai karena Ai telah menolak semua pengakuan pria lain, dan Ai ingin Yosuke menyatakan perasaannya padanya. Akibatnya, Ai dan Yosuke melanjutkan hubungan mereka sebagai teman masa kecil, tetapi tidak lebih dari sepasang kekasih.
“Haa-haaah, Kei, kau sebenarnya cukup hebat dalam hal ini.”
Ai tampaknya sudah pulih dari kerusakan psikologis.
“Aku hanya menyatakan fakta.”
“Itu adalah pukulan yang bagus, adikku. Baiklah, tunggu dulu. Memberi nasihat tentang cinta mungkin agak sulit, tapi masih ada yang bisa kulakukan.”
“Apa itu?”
Aku enggan mendengarkan, karena aku tahu itu mungkin bukan saran yang masuk akal.
“Aku akan menggunakan posisiku sebagai wakil ketua OSIS untuk menelepon Daiki-kun dan menanyakan pendapatnya tentang Kei!”
“Aku akan memukulmu.”
Sekarang jelas bukan waktu yang tepat untuk memanfaatkan posisinya sebagai wakil ketua OSIS.
“Oh, ayolah. Kupikir itu adalah jawaban yang sempurna.”
“Bagian mana yang sempurna? Itu adalah penyalahgunaan kekuasaan, jelas dan sederhana. Dan bagaimana jika dia tidak berpikir baik tentangku karena melakukan itu?”
“Kupikir kau terlalu khawatir. Kei adalah gadis yang sangat cantik. Aku yakin Daiki-kun akan mengatakan sesuatu yang baik tentangmu.”
“Siapa gadis super cantik itu?! Pokoknya, aku menolak ide itu. Ditolak!”
“Kau kasar sekali~. Yah, meskipun setengah dari apa yang kukatakan sebelumnya hanya lelucon, kupikir memiliki seseorang di sekolah yang sama yang mendukung cinta Kei cukup menggembirakan.”
Memang benar bahwa sejauh ini, satu-satunya orang yang tahu tentang perasaanku pada Hondou adalah Ai. Aku merasa ada perbedaan besar antara memiliki seseorang yang bisa diandalkan atau tidak. Saran Ai mungkin bukan ide yang buruk bagiku.
“...Baiklah. Tapi tolong jangan menghalangi jalanku.”
“Oh! Sekarang setelah aku ikut, kau akan menceritakan tentang saat-saat hatimu berdebar-debar untuk Daiki-kun, kan?”
“Aku tidak pernah merasakan jantungku berdebar-debar...”
“Adik, kau tidak terlalu jujur. Kalau begitu, bagaimana kalau kau ceritakan apa yang membuatmu tertarik pada Daiki-kun?”
“Yah, jika hanya itu, aku bisa memberitahumu. Saat itu di tahun pertama kami di SMA...”
Suatu hari sepulang sekolah, pada tahun pertama di SMA, aku kembali ke ruang kelas untuk mengambil sesuatu yang telah kulupakan.
Kupikir hampir tidak akan ada orang yang tersisa di ruang kelas pada saat aku tiba, mengingat beberapa waktu telah berlalu sejak aku meninggalkan sekolah.
“Ngomong-ngomong, Toshiya, apa kau libur hari ini?”
Aku berhenti membuka pintu dan secara naluriah membungkuk saat mendengar suara yang tidak asing lagi.
“Ya, aku libur dari kegiatan klub hari ini, jadi tidak masalah.”
“Aku senang mendengarnya.”
Kenapa hanya tinggal dua orang itu yang tersisa? Sekarang, sulit bagiku untuk masuk ke dalam kelas.
Dari suara-suara yang terdengar dari dalam, sepertinya hanya Hondou dan Matsuoka yang masih berada di dalam kelas. Mereka tampaknya tidak memperhatikanku di luar kelas.
Ketika aku masuk SMA, aku ditempatkan di kelas yang sama dengan Hondou, dan karena aku tak memiliki kesempatan untuk berbicara dengan Hondou sejak SMP, aku baru mengetahui untuk pertama kalinya selama upacara masuk bahwa kami telah memasuki SMA yang sama.
Pada awalnya, kami duduk berjauhan dan tidak berinteraksi satu sama lain, tetapi setelah beberapa kali berpindah tempat duduk, secara kebetulan, aku akhirnya duduk di sebelah Hondou. Yang kusadari melalui percakapan kami, Hondou mengira bahwa ia baru pertama kali bertemu denganku di SMA.
Entah dia sudah lupa dengan kejadian di SMP, atau dia mengira aku adalah orang yang berbeda karena aku sudah mengecat rambutku. Dengan sedikit frustrasi, aku tak memberitahunya bahwa kami pernah bertemu di SMP.
Tetapi Hondou berbicara padaku setiap hari, meskipun teman teman sekelasku takut padaku dan menjaga jarak. Aku selalu bertanya tanya apa yang Hondou pikirkan tentangku.
“Aku bertanya-tanya, Daiki, apa kau tak takut dengan Shimizu-san?”
“Takut pada Shimizu-san? Kenapa begitu?”
“Karena dia mengecat rambutnya dengan warna emas meskipun peraturan sekolah melarangnya, dan dia menatapku saat kami bertatapan, itu menakutkan. Selain itu, aku mendengar banyak rumor bahwa dia melakukan sesuatu yang buruk.”
Matsuoka, kau berani mengatakan apa pun yang kau inginkan pada Hondou hanya karena aku tidak ada...
Meskipun dua pernyataan pertama adalah benar, jadi aku tak bisa membantahnya.
Aku tidak masalah dengan Matsuoka yang mengatakan apa pun yang dia inginkan, tapi aku tidak ingin mendengar komentar yang sama dari Hondou, jadi aku membalikkan badan ke pintu kelas untuk pergi.
“Menurutku Shimizu-san tidak menakutkan.”
Kata-kata Hondou menghentikan langkahku.
“Kenapa kau berpikir begitu?”
“Shimizu-san memang agak sulit dimengerti, tapi menurutku dia orang yang baik hati.”
“Benarkah begitu? “
Matsuoka tampaknya benar-benar ragu dari lubuk hatinya.
“Ya. Setiap kali aku berbicara dengan Shimizu-san, dia selalu meresponku dengan baik. Meskipun penampilannya sedikit mencolok, dia adalah orang yang baik setelah kau mengenalnya.”
“Mungkin itu hanya karena Daiki menganggap semua orang itu baik?”
Komentar Hondou sepertinya tidak mengurangi kewaspadaan Matsuoka terhadapku.
“Tidak seperti itu. Toshiya tidak tahu hal ini, tapi Shimizu-san selalu membantuku saat aku membersihkan kelas. Kurasa Shimizu-san peduli dengan orang lain.”
“Hmm, aku mengerti.”
“Itu hanya rumor buruk yang menyebar dengan sendirinya, tapi jika kau berbicara dengan Shimizu-san, dia jauh lebih ramah dan lucu dari yang orang pikirkan.”
Aku tidak tahu bahwa Hondou merasa seperti itu terhadapku. Aku mengira dia akan tersenyum dan berbicara denganku di luar, tetapi di belakangku, dia akan takut padaku seperti teman sekelas kami yang lain.
Tapi aku salah. Hondou tidak menilaiku hanya dari penampilan atau suasana hatiku, tetapi dia mencoba melihatku dari dalam.
“Jika Daiki berkata demikian, mungkin itu benar. Namun, aku tidak setuju denganmu kalau dia semenarik itu.”
“Toshiya harus berbicara dengan Shimizu-san dan kau akan mengerti. Selain itu, Shimizu-san adalah—”
—Wajahku tiba-tiba menjadi hangat.
—Aku bisa merasakan detak jantungku bertambah cepat.
Aku merasa tidak seharusnya aku tinggal di sini lebih lama lagi... Lupa mengapa aku kembali ke sini, aku berlari ke lorong.
“...Dan itulah mengapa aku menjadi tertarik pada Hondou.”
Ai, yang telah mendengarkan dalam diam, tiba-tiba mulai bertepuk tangan. Sungguh menakutkan, seperti boneka yang tiba tiba menjadi hidup.
“Bravo! Aku senang, itu benar-benar luar biasa! Dia tidak menilaimu hanya dari penampilanmu, tetapi dari apa yang ada di dalam dirimu. Cinta Sejati! Hal ini membuat seluruh Amerika meneteskan air mata[3].”
[3] Frasa (これは全米が涙しましたわ) adalah ungkapan dalam bahasa Jepang yang sering digunakan dalam konteks jenaka, untuk membesar-besarkan dampak emosional suatu situasi. Ini diterjemahkan menjadi “Hal ini membuat seluruh Amerika meneteskan air mata.” Ungkapan ini tidak dimaksudkan untuk diartikan secara harfiah, tetapi lebih sebagai pernyataan yang lucu dan berlebihan.
“Jangan bicara omong kosong.”
“M-Maaf. Tapi aku benar-benar berpikir Daiki-kun adalah anak yang baik. Sejujurnya, Kei-chan yang berambut pirang sebelumnya memang agak sulit untuk didekati oleh orang lain. Sebagai seorang kakak, aku cukup senang mengetahui bahwa ada seseorang yang memandang Kei dengan serius.”
“Jangan terlalu serius secara tiba-tiba.”
“Kau tidak masuk akal! “
Aku juga berpikiran sama, tetapi setiap kali kakakku yang biasanya riang mengatakan sesuatu yang masuk akal, itu membuatku terkejut.
“Lagi pula, kita sudah berbicara banyak tentang Hondou, jadi kau pasti puas.”
“Ya. Pembicaraan cinta masa muda Kei yang bebas membuat hatiku segar kembali.”
“Apa?! Mengapa kau tiba-tiba menjadi dingin? Ini sangat dingin, kupikir aku akan masuk angin. Hatchhu—”
“Diam. Kau sudah mencapai tujuanmu.”
Pertama-tama, Ai datang ke kamarku untuk bertanya tentang Hondou. Sekarang dia sudah mencapai tujuannya, dia tidak perlu lagi berada di sini. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, dan sudah waktunya untuk tidur.
“Aku ingin mendengar lebih banyak cerita manis, seperti saat Daiki-kun mengejutkanmu baru-baru ini atau saat kau merasa tidak nyaman saat melihat Daiki-kun berbicara dengan gadis lain. Aku ingin berbicara lebih banyak tentang cinta dengan Kei.”
“Jangan seenaknya berasumsi bahwa aku akan mudah terkejut atau merasa gelisah. Pergilah.”
“Ti-Tidak. Aku tidak ingin kembali ke kamarku. Aku ingin mendengar lebih banyak tentang Kei. Mungkin sesuatu seperti kenangan yang kau miliki dengan Daiki-kun. Aku masih ingin berbicara tentang cinta dengan Kei!”
Di usianya yang ke tujuh belas tahun, Ai sepertinya masih mengalami fase pemberontakan. Aku tidak bisa menahannya. Sepertinya waktu untuk melepaskan senjata rahasia telah tiba.
“Pembicaraan tentang cinta bukanlah sesuatu yang hanya dilakukan oleh satu orang, kan? Aku ingin mendengar sejauh mana kau dan Yosuke telah berkembang, apa yang kau sukai darinya, ketika kau menyadari dia sebagai lawan jenis, dan seterusnya. Kau juga akan menceritakannya padaku, kan?”
Tatapan Ai mengembara ke sekelilingnya.
“Ups, aku lupa kalau aku punya tugas yang harus diselesaikan besok.”
“Besok adalah hari Sabtu.”
“ ...Ups, ini tidak baik. Aku tiba-tiba mengantuk. Sayang sekali, tapi mari kita simpan pembicaraan tentang cinta untuk lain waktu.”
“Apa kau mencoba melarikan diri?”
“Melarikan diri kedengarannya buruk; mari kita sebut saja ini retreat strategis. Aku telah melakukan apa yang harus kulakukan. Kalau begitu, selamat tinggal.”
Dengan itu, Ai kembali ke kamarnya sendiri.
“Kau selalu datang dan pergi seperti badai.”
Di kamar yang sunyi, aku bergumam dalam hati.
Gabung dalam percakapan